Mediaemiten.com, Jakarta – Lembaga riset global Nielsen mengungkapkan masyarakat Indonesia lebih memilih untuk menabung di tengah kondisi rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS.
“Sekarang, kalau mereka ada `cash` (uang tunai), itu akan banyak dipakai untuk menabung,” kata Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin dalam paparan di Jakarta, Rabu (5/6/2018).
Agus menjelaskan dalam Survei Keyakinan Konsumen Global yang dilakukan The Conference Board dengan Nielsen, ditemukan bahwa sepanjang triwulan kedua 2018 sebanyak 66 persen responden lebih memilih untuk menabung.
Meski kecenderungan untuk menabung telah tinggi sejak triwulan sebelumnya yang mencapai 65 persen, masyarakat justru tetap menghabiskan uang mereka untuk liburan.
Baca Juga:
Melalui Pendampingan BRI, Sosok Ini Berhasil Memberdayakan Komunitas Perempuan di Lamongan Jatim
Prabowo Sebut Muhammadiyah Luar Biasa, Punya 167 PT, 5.345 Sekolah dan Madrasah serta 440 Pesantren
“Jadi dalam survei ini liburan angkanya tetap naik yakni 46 persen, naik dari triwulan sebelumnya sebesar 44 persen. Baru kemudian uang mereka untuk ganti gadget, hiburan luar rumah, perbaikan rumah dan terakhir baru untuk belanja baju,” katanya.
Menurut Agus, ada indikasi kepedulian masyarakat Indonesia terhadap perekonomian nasional, terutama terkait melemahnya nilai tukar rupiah. Hal itu bahkan telah terlihat mulai dari awal tahun.
“Mereka mengakui ada `concern` (perhatian) ke situ. Masyarakat sudah menyadarinya. Sekarang dengan (nilai tukar) rupiah Rp15 ribu per dolar AS, masyarakat mulai hati-hati `spending` (menggunakan uangnya),” katanya.
Konsumen Indonesia tercatat sebagai konsumen paling optimistis di dunia sepanjang triwulan kedua 2018 dengan angka 127 poin presentase dalam Indeks Keyakinan Konsumen (Consumer Confidence Index).
Survei Keyakinan Konsumen Global yang dilakukan The Conference Board dengan Nielsen itu dilaksanakan pada 10-28 Mei 2018 dan mensurvei lebih dari 32 ribu konsumen online di 64 negara di Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Utara.
Sampel adalah pengguna internet yang setuju untuk berpartisipasi dalam survei dan memiliki kuota berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk setiap negara.
Sampel probabilitas ukuran setara memiliki margin kesalahan plus minus 0,6 persen di tingkat global dan hanya berdasarkan perilaku responden dengan akses online.
The Conference Board menggunakan standar pelaporan minimum 60 persen penetrasi internet atau populasi online 10 juta untuk disertakan dalam survei. (pep)
Baca Juga:
Berhasil Turunkan Harga Tiket Pesawat, Presiden Prabowo Subianto: Untuk Bantu Masyarakat Kita
Dampak Kebijakan Proteksionis Presiden AS Terpilih Donald Trump Ditakutkan akan Lemahkan Kurs Rupiah