MEDIA EMITEN – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun pada semester I-2023,anjlok 55% dibandingkan semester I-2022 yang sebesar Rp 6,1 triliun.
Penurunan laba bersih PTBA sepanjang semester I-2023 akibat membengkaknya biaya produksi, terutama dari biaya jasa penambangan yang naik menjadi Rp 4,4 triliun dari Rp 3,5 triliun.
Selain itu, biaya jasa angkutan kereta api yang naik menjadi Rp 4 triliun dari Rp 2,8 triliun.
Di tengah penurunan laba bersih, pendapatan anggota Holding BUMN Pertambangan ini juga cenderung stagnan. Pada semester I-2023, pendapatan PTBA naik tipis 2% menjadi Rp 18,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 18,4 triliun. Walaupun begitu, jika dikomparasi per kuartal, kinerja PTBA meningkat.
Pertumbuhan laba bersih secara kuartalan didukung oleh peningkatan kinerja operasional PTBA sepanjang semester I-2023. Ini terlihat dari total produksi batu bara perseroan pada enam bulan pertama tahun ini yang mencapai 18,8 juta ton alias meningkat 18% secara year on year (yoy) dari sebelumnya 15,9 juta ton berkat naiknya volume penjualan batu bara sebesar 19% menjadi 17,4 juta ton.
Hasilnya, perseroan pun mencatatkan penjualan ekspor sebesar 7,1 juta ton sepanjang semester I-2023 atau naik 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tahun ini, PTBA menghadapi sejumlah tantangan di antaranya koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Harga batu bara ICI-3 misalnya, terpangkas 48% dari US$ 138,5 per ton pada Juni 2022 menjadi US$ 72,63 per ton pada Juni 2023.