Ketergantungan Impor Energi Jadi Tantangan Pemerintah

- Pewarta

Jumat, 23 Oktober 2020 - 11:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mediaemiten.com, Jakarta – Beban anggaran negara masih berat karena ketergantungan impor energi. Salah satunya impor gas minyak bumi cair atau Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Hal tersebut diungkapkanMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, melalui keterangannya, Kamis (22/10/2020).

“Permintaan energi kita masih andalkan fosil, sebagian besar masih diikuti dan berasal dari impor, ketergantungan energi kita pada impor besar, misalnya LPG, salah satu kebutuhan utama untuk konsumsi di rumah-rumah,” kata Arifin.

Menurutnya, ketergantungan impor LPG ini  menjadi tantangan berat bagi pemerintah.

Oleh karena itu,  perlu ada substitusi ke sumber energi dalam negeri. Bila substitusi ini terjadi, maka tidak hanya kemandirian energi yang terdorong, namun juga berdampak pada seimbangnya neraca perdagangan Indonesia.

“Jadi, tantangan berat bagi pemerintah kalau tidak lakukan substitusi dari sumber energi dalam negeri. Kalau substitusi ini terjadi, neraca perdagangan bisa seimbang,” tambahnya.

Pemerintah saat ini sedang mendorong industri hilir tidak hanya bagi komoditas mineral, tapi juga batu bara. Tujuannya, agar batu bara yang mulanya didominasi untuk ekspor, akan lebih banyak dimanfaatkan di dalam negeri.

Batu bara bisa diolah menjadi beberapa produk seperti methanol yang dapat dijadikan campuran untuk biodiesel (Fatty Acid Methyl Esters/ FAME), lalu Dimethyl Ether (DME) yang bisa digunakan sebagai substitusi LPG. Dengan hilirisasi batu bara menjadi DME, artinya ketergantungan pada impor LPG bisa ditekan.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan sejak zaman Belanda pemanfaatan batu bara oleh PTBA hanya digunakan untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

Namun  paradigma pemanfaatan batu bara telah berubah. Menurutnya, masa depan batu bara adalah melalui hilirisasi. (inf)

Berita Terkait

Peran Aktif BRI Dukung Ketahanan Pangan, Salurkan Kredit Senilai Rp199,83 Triliun di Sektor Pertanian
Hadapi Tantangan Perubahan Pasar, Ini Strategi BRI Perkuat Inovasi dalam Transformasi Digital Perbankan!
Unggul Soal Dimensi Data dan Kolaborasi, Transformasi Digital BRI Berbuah Prestasi di Digital Banking Awards 2024
Desa BRILiaN dengan Sejuta Potensi Alam dan Budaya, Mengenal Desa Batuan Sukawati di Bali
BRI Raih 2 Penghargaan Bank Indonesia Awards 2024, Dukung Stabilitas Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif
BRI Luncurkan BRImo di Timor Leste, Perluas Inklusi Keuangan di Kawasan Asia Tenggara
Tawarkan Progam Special BRIguna dengan Suku Bunga Mulai dari 8,129% dan Diskon Biaya Provisi 50%, BRI HUT ke-129
Tercapai 100 Persen Senilai 85,5 Triliun, Kementerian BUMN Laporkan Pendapatan Negara dari Deviden BUMN

Berita Terkait

Kamis, 5 Desember 2024 - 11:51 WIB

Peran Aktif BRI Dukung Ketahanan Pangan, Salurkan Kredit Senilai Rp199,83 Triliun di Sektor Pertanian

Selasa, 3 Desember 2024 - 09:30 WIB

Unggul Soal Dimensi Data dan Kolaborasi, Transformasi Digital BRI Berbuah Prestasi di Digital Banking Awards 2024

Senin, 2 Desember 2024 - 18:57 WIB

Desa BRILiaN dengan Sejuta Potensi Alam dan Budaya, Mengenal Desa Batuan Sukawati di Bali

Senin, 2 Desember 2024 - 10:31 WIB

BRI Raih 2 Penghargaan Bank Indonesia Awards 2024, Dukung Stabilitas Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

Minggu, 1 Desember 2024 - 20:57 WIB

BRI Luncurkan BRImo di Timor Leste, Perluas Inklusi Keuangan di Kawasan Asia Tenggara

Berita Terbaru