MEDIA EMITEN – Bank Sentral AS, Federal Reserve, memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25% menjadi 5,25%-5,5%, level tertinggi sejak 22 tahun.
Sesuai prediksi pasar keuangan, Komite Pasar Terbuka Federal Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) menaikkan suku bunga seperempat poin persentase ke kisaran target 5,25%-5,5%. Titik tengah kisaran target tersebut akan menjadi level tertinggi suku bunga acuan sejak awal tahun 2001.
Investor melihat sinyal bahwa kenaikan itu bisa menjadi yang terakhir setelah pejabat the Fed melihat dampak kenaikan bunga sebelumnya pada kondisi ekonomi.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan inflasi agak moderat sejak pertengahan tahun 2022, tetapi masih jauh dari target Fed 2%. Namun, Powell sepertinya akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan Fed berikutnya bulan September.
Baca Juga:
Prabowo Sebut Muhammadiyah Luar Biasa, Punya 167 PT, 5.345 Sekolah dan Madrasah serta 440 Pesantren
Diberdayakan BRI, Figur Inspiratif Lokal Gerakkan UMKM di Desa Bululor, Jambon, Ponorogo
“Kemungkinan The Fed akan mengumpulkan dana lagi pada pertemuan September jika datanya benar, saya juga akan mengatakan bahwa kami akan memilih untuk tetap stabil dan kami akan membuat penilaian cermat, dalam pertemuan demi pertemuan,” kata Powell pada konferensi pers setelah keputusan tersebut dikutip CNBC International.
Powell mengatakan FOMC akan menilai seluruh data yang masuk serta implikasinya terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi.
Bursa AS sempat rebound (menguat) setelah pertemuan The Fed, tetapi berakhir beragam. Dow Jones Industrial Average melanjutkan kenaikan, tetapi S&P 500 dan Nasdaq Composite melemah. Imbal hasil Treasury juga bergerak lebih rendah.
“Sudah waktunya bagi Fed memberikan waktu pada ekonomi untuk menyerap dampak kenaikan suku bunga di masa lalu,” kata Kepala Ekonom AS di RSM, Joe Brusuelas.
Baca Juga:
Berhasil Turunkan Harga Tiket Pesawat, Presiden Prabowo Subianto: Untuk Bantu Masyarakat Kita