Mediaemiten.com, Surabaya – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO) di Jakarta, Rabu (26/6/2019) menyetujui konversi utang menjadi saham antara perseroan dengan pemegang saham, yaitu PT Hijau Sari dan PT Mitra Niaga Sakti.
Direktur PT Wahana Pronatural Tbk, Iwan Setiawan mengatakan transaksi konversi utang menjadi saham yang telah disetujui dalam RUPSLB itu akan memperbaiki rasio keuangan perseroan karena berdasarkan laporan keuangan perseroan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2019 lalu dan telah diaudit, perseroan memiliki kewajiban melebihi 50 persen dari aset yang dimilikinya.
“Intinya, pascatransaksi konversi utang menjadi saham yang telah efektif setelah mendapat persetujuan dalam RUPLB hari ini, struktur permodalan perseroan akan berada dalam kondisi yang lebih kuat mengingat utang yang ditanggung menjadi lebih rendah, sehingga solvabilitas perseroan akan membaik pascakonversi utang,” kata Iwan.
Menurut Iwan, jumlah utang yang akan dikonversi menjadi saham baru perseroan adalah masing-masing sebesar Rp 34.756.250.000. Jumlah utang itu merupakan utang pokok yang akan dikonversi menjadi saham perseroan. Berdasarkan kesepakatan konversi utang menjadi saham antara PT Hijau Sari dan PT Mitra Niaga Sakti dengan perseroan, harga per lembar saham konversi telah disepakati adalah Rp 100. Dengan demikian jumlah saham baru hasil konversi utang tersebut untuk PT Hijau Sari adalah sebanyak 347.562.500 saham atau 67 persen dari modal disetor sebanyak 520.000.000 saham, dan saham baru hasil konversi utang untuk PT Mitra Niaga Sakti adalah sebanyak 347.562.500 saham atau 67 persen dari modal disetor sebanyak 520.000.000 saham.
Baca Juga:
Melalui Pendampingan BRI, Sosok Ini Berhasil Memberdayakan Komunitas Perempuan di Lamongan Jatim
Prabowo Sebut Muhammadiyah Luar Biasa, Punya 167 PT, 5.345 Sekolah dan Madrasah serta 440 Pesantren
Sebelum transaksi ini, dengan nilai nominal Rp 100 per lembar saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 520.000.000 saham, komposisi kepemilikan saham perseroan adalah PT Pesona Bangun Mandiri memiliki sebanyak 55 juta lembar saham senilai Rp 5,5 miliar (10,58 persen), PT Mitra Niaga Sakti sebanyak 55 juta lembar saham senilai Rp 5,5 miliar (10,58 persen), PT Surya Pelangi Mandiri sebanyak 100 juta lembar saham senilai Rp 10 miliar (19,23 persen), PT Hijau Sari sebanyak 100 juta lembar saham senilai Rp 10 miliar (19,23 persen) dan publik sebanyak 210 juta lembar saham senilai Rp 21 miliar (40,38 persen).
Namun setelah transaksi konversi utang menjadi saham, jumlah saham beredar perseroan bertambah. Alokasi saham baru hasil konversi tersebut diterbitkan khusus untuk kepentingan kreditur. Oleh karena itu setelah penambahan modal ini efektif, maka presentase kepemilikan saham bagi masing-masing pemegang saham akan mengalami penurunan (dilusi), di mana masyarakat (publik) sebagai pemegang saham perseroan saat ini sebesar 40,38 persen akan terdilusi 57,20 persen dari porsi saham saat ini menjadi 17,28 persen. Apabila publik saat ini juga melakukan eksekusi atas HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dulu) yang ditawarkan, maka struktur pemegang saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh adalah PT Pesona Bangun Mandiri memiliki sebanyak 55.000.000 lembar saham senilai Rp 5,5 miliar (4,54 persen), PT Mitra Niaga Sakti sebanyak 402. 562.500 lembar saham senilai Rp 40 miliar (33,13 persen), PT Surya Pelangi Mandiri sebanyak 100.000.000 lembar saham senilai Rp 10 miliar (5,93 persen), PT Hijau Hijau Sari sebanyak 447.562.500 lembar saham senilai Rp 10 miliar (19,23 persen) dan publik sebanyak 682.500.000 lembar saham senilai Rp 68 miliar (40,44persen).
“Namun, manfaat dari meningkatnya jumlah saham yang beredar ini pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan dan memacu kinerja perseroan ke depan,” papar Iwan.
Target Pertumbuhan 20 Persen
Iwan menjelaskan tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan 20 persen.Target pertumbuhan ini didasarkan pada prospek usaha di bidang agribisnis yang digeluti oleh perseroan, yaitu perdagangan rumput laut, biji kopi dan gula konsumsi.
Permintaan pasar yang cenderung meningkat baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta dukungan pemerintah terhadap produk-produk di sektor agribis membuat perseroan terus mengembangkan jaringan pemasaran dan optimistis dengan target pertumbuhan 20 persen tahun ini. “Tahun 2018 lalu, target pertumbuhan yang ingin dicapai oleh perseroan sebesar 20 persen, sedangkan realisasinya 33 persen. Pencapaian itu juga banyak disumbang penjualan produk rumput laut kering serta penjualan komoditas gula konsumsi dan kopi biji,” terang Iwan.
Tahun 2018 lalu, WAPO mencatatkan penjualan sebesar Rp 308,57 miliar, meningkat 33,11 persen dibandingkan dengan penjualan pada tahun sebelumnya sebesar R p231,82 miliar. Penjualan rumput laut tercatat Rp 249,36 miiar, naik 59,71 persen secara tahunan dan memberi kontribusi paling tinggi sebesar 80,81 persen terhadap total penjualan. Sedangkan penjualan gula memberikan kontribusi 11,05 persen dan kopi sebesar 0,77 persen (*)