Mediaemiten.com, Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (2/10/2018) sore bergerak melemah sebesar 112 poin menjadi Rp15.013 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.901 per dolar AS.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong di Jakarta, Selasa (2/10/2018), mengatakan bahwa rupiah menjadi mata uang yang mengalami tekanan terdalam terhadap dolar AS dibanding mata uang di kawasan Asia lainnya.
BACA JUGA : Kurs Rupiah Tembus Rp15.000 pada Selasa Siang
“Pelemahan rupiah itu seiring dengan aksi para spekulan yang menilai Bank Indonesia akan sulit menaikan suku bunga acuan ke depannya setelah September mengalami deflasi, sementara the Fed masih berpotensi menaikan suku bunga acuannya,” ujarnya.
Baca Juga:
Mudahkan Perjalanan Mudik Antarpulau, BRI Hadirkan Fitur Baru Pemesanan Tiket Kapal Lewat BRImo!
Diberdayakan BRI, UMKM Papua Global Spices Berhasil Eksis di Pasar Internasional
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai defisit neraca transaksi berjalan juga masih mempengaruhi pergerakan rupiah.
“Fundamental ekonomi sebenarnya masih bagus, hanya memang ada beberapa celah yang dinilai pasar masih negatif seperti defisit neraca transaksi berjalan,” katanya.
Sementara itu, Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede mengatakan dolar AS menguat secara luas diikuti dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun (US-Treasury Bill).
“Akhirnya penguatan dolar AS terjadi diikuti oleh kenaikan yield US-Treasury,” ujarnya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (2/10/2018), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.988 dibanding sebelumnya (1/10) di posisi Rp14.905 per dolar AS. (zub)