MEDIA EMITEN – PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan kerugian Rp 1,88 triliun pada semester I-2023, membengkak dibanding periode yang sama tahun 2022 yang tercatat Rp 13,32 miliar.
Berdasarkan data laporan keuangan semester I-2023 tanpa audit yang diunggah di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 31 Juli 2023, emiten konstruksi BUMN itu mencatatkan pendapatan bersih WKA tumbuh 28,8% secara tahunan menjadi Rp 9,253 triliun pada akhir Juni 2023.
Penopangnya, pendapatan dari pekerjaan infrastruktur dan Gedung meningkat 14,2% menjadi Rp4,766 triliun. Lini usaha industri menyumbang Rp 2,177 triliun atau naik 46,3% ecara tahunan.
Sementara itu, energi dan pembangkit listrik mencatatkan pendapatan Rp 1,625 triliun, atau melonjak 47,05% secara tahunan. Emiten konstruksi BUMN ini jua meraup pendapatan dari hotel sebesar Rp409 miliar, sedangkan di semester I 2022 nihil.
Baca Juga:
Mendorong UMKM Naik Kelas dan Go Global, Pemerintah Apresiasi Keberpihakan BRI
Sebanyak 3 Anggota Bursa Siap untuk Fasilitasi Transaksi Short Selling, Termasuk Mandiri Sekuritas
Elon Musk Tawar Perusahaan pada Harga 97,4 Miliar Dolar AS, Begini Respons CEO OpenAI Sam Altman
Walau beban pokok pendapatan membengkak 29,2% menjadi Rp8,474 triliun, tapi laba kotor tetap terangkat 24,2% menjadi Rp779,03 miliar.
Sedangkan laba usaha sebelum pendapatan dan beban lain-lain naik17,6% menjadi Rp326,48 miliar. Pasalnya, beban umum dan administrasi naik 29,02% menjadi Rp449,85 miliar.
Sayangnya, beban lain-lain melonjak 211%secara tahunan menjadi Rp1,219 triliun.
Pemicunya, beban penurunan nilai terkerek 9,4% secara tahunan menjadi Rp415,94 miliar. Ditambah beban lain-lain bersih sedalam Rp787,73 miliar
Baca Juga:
Konsisten Melayani UMKM, BRI Cetak Laba Rp60,64 Triliun
Tingkatkan Daya Saing Bersama BRI, Balee Scents Siap Melangkah ke Pasar Dunia
Dampaknya, WIKA menderita rugi usaha setelah pendapatan dan beban lain-lain sebesar Rp 595,96 miliar, atau berbanding terbalik dengan semester I 2022 yang meraup laba usaha sebesar Rp 552,24 miliar.
Kian tertekan, beban pendanaan melambung 124,5% secara tahunan menjadi Rp1,235 triliun. Akibatnya, perseroan mengalami rugi sebelum pajak penghasilan Rp1,986 triliun.
Sementara itu, jumlah kewajiban berkurang 1,5% dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp56,701 triliun.
Pada sisi lain, total ekuitas menyusut 11,5%dibanding akhir Desember 2022 menjadi Rp15,473 triliun.
Baca Juga:
Berkat Dukungan Pemberdayaan BRI, Usaha Sepatu Lokal Asal Malang Sukses Go Global Ekspor ke 8 Negara