Mediaemiten.com, Jakarta – Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin yang baru saja diputuskan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, sudah diantisipasi oleh pasar.
“Kalau The Fed itu memang sudah dalam ekspektasi kenaikan 25 basis poin ini. Jadi kelihatannya pasar sudah antisipasi, bahkan mereka sudah antisipasi akhir tahun naik lagi,” ujar David di Jakarta, Kamis (27/9/2018). The Fed pada Rabu (26/9/2018) lalu, menaikkan suku bunga jangka pendeknya sebesar seperempat persen atau 25 basis poin, yang merupakan kenaikan suku bunga ketiga tahun ini dan langkah kedelapan sejak akhir 2015.
“Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar kerja dan inflasi, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan kisaran target untuk suku bunga federal fund (FFR) menjadi 2,00 persen hingga 2,25 persen,” kata bank sentral dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan dua hari.
The Fed mengatakan pasar tenaga kerja AS terus menguat dan kegiatan ekonomi telah “meningkat pada tingkat yang kuat”, dengan belanja rumah tangga dan investasi bisnis tumbuh tinggi.
Baca Juga:
Bank sentral AS juga mengatakan baik inflasi maupun apa yang disebut inflasi inti untuk barang-barang selain makanan dan energi mendekati target bank sentral sebesar 2,00 persen.
Bank sentral memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh 3,1 persen tahun ini, lebih tinggi dari 2,8 persen yang diperkirakan pada Juni, menurut proyeksi ekonomi terbaru The Fed yang dirilis pada Rabu (26/9), waktu setempat. Sementara itu, para analis mengatakan pertumbuhan ekonomi yang solid dan tingkat pengangguran yang menurun cenderung menjaga The Fed pada jalur stabil menuju pengetatan kebijakan moneter untuk mencegah ekonomi AS dari “overheating” (terlalu panas), Pejabat-pejabat The Fed memperkirakan satu kenaikan suku bunga lagi tahun ini, menurut perkiraan median untuk suku bunga federal fund. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan kebijakan Desember.
Bank sentral juga mengurangi penggunaan kalimat, “sikap kebijakan moneter tetap akomodatif” dari pernyataannya. “Untuk tahun depan, yang dilihat bukan kenaikannya tapi “forward guidance”-nya. Apakah mereka masih yakin tiga kali lagi tahun depan, tapi kalau “view”-nya berubah jadi dua kali itu justru jadi positif bagi emerging market, bisa jadi “inflow” lagi. Tapi ke depan trennya The Fed masih akan naikkan,” kata David. (cit)