Mediaemiten.com, Jakarta – Bank Indonesia melalui survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan ada pekan pertama September, memperkirakan potensi deflasi pada bulan kesembilan ini sebesar 0,04 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat (13/9/2018), mengatakan deflasi September 2018 dipengaruhi penurunan harga beberapa komoditas dengan pergerakan harga bergejolak (volatile food) seperti varietas cabai dan bawang.
“Harga komoditas pangan yang turun seperti cabai dan bawang,” ujarnya.
Jika hasil survei Bank Sentral hingga pekan keempat September 2018 masih menunjukkan deflasi, dan sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang akan dirilis pada Oktober 2018, tren penurunan harga sejak Agustus 2018 masih berlanjut.
Baca Juga:
Diakui Internasional, Layanan Wealth Management BRI Raih Penghargaan Internasional dari Euromoney
Pefindo Catatkan Penerbitan Surat Utang Korporasi pada Januari – Maret 2025 Mencapai Rp46,7 Triliun
Pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen (mtm), inflasi tahun kalender (Januari-Agustus 2018) sebesar 2,13 persen dan inflasi tahunan menjadi 3,2 persen (year on year/yoy) Penyebab deflasi pada bulan kedelapan itu juga disumbang kelompok bahan makanan yang harganya tertekan 1,10 persen dengan rincian harga telur ayam yang deflasi 0,24 persen, bawang merah, deflasi 0,05 persen, cabai merah dan rawit yang deflasi 0,05 persen.
Kemudian kelompok sandang juga terjadi deflasi sebesar 0,07 persen dengan pendorongnya berupa turunnya harga emas. Untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,15 persen yang didorong oleh penurunan tarif angkutan udara.
BI ingin menjangkar inflasi tahunan pada 2018 sebesar 2,5-4,5 persen (yoy). (dra)