MEDIA EMITEN – Harga emas melonjak di akhir perdagangan, Rabu (Kamis pagi WIB), memperpanjang kenaikan untuk sesi kedua berturut-turut karena imbal hasil obligasi AS (yield) turun menyusul data inflasi yang melandai.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman pada bulan Agustus di Divisi Comex New York Exchange melonjak US$ 24,60 atau 1,27% menjadi ditutup pada US$ 1.961,70 per ounce setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$ 1.965,10 dan terendah di US$ 1.937,50 per ounce.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, Rabu (12/7), bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS naik 0,2% pada bulan Juni dan naik 3% dari tahun lalu, level terendah sejak Maret 2021. Tidak termasuk makanan dan energi, IHK inti masing-masing meningkat 0,2% dan 4,8%.
Indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS turun setelah pertumbuhan inflasi yang lebih lemah daripada yang diharapkan, yang juga memicu ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya, menurut para analis pasar.
Baca Juga:
Tiga Tahun Holding Ultra Mikro BRI Group Layani 176 juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Melalui ”Klasterku Hidupku”, BRI Dampingi Klaster Jeruk Semboro Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Presiden Federal Reserve Bank of Richmond Thomas Barkin di Arnold, Maryland, Rabu (12/7), mengatakan bahwa pertumbuhan harga konsumen AS masih terlalu cepat meski melambat pada bulan Juni. Hal ini menegaskan kembali komitmen bank sentral untuk memulihkan inflasi ke tingkat sasaran.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan September naik US$ 1,029 atau 4,42% menjadi ditutup pada US$ 24,31 per ounce. Platinum untuk pengiriman pada bulan Oktober menguat US$ 24,20 atau 2,6% menjadi menetap pada US$ 956,60 per ounce.