MEDIA EMITEN – Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengesampingkan prospek pengurangan produksi OPEC+ lebih lanjut pada pertemuannya minggu depan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli anjlok US$ 2,51 atau 3,38% menjadi US$ 71,83 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli turun US$ 2,10 atau 2,68% menjadi US$ 76,26 per barel di London ICE Futures Exchange.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengecilkan kemungkinan pemotongan lebih banyak produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya pada pertemuan mereka berikutnya pada awal Juni, menurut sebuah laporan oleh Reuters.
Baca Juga:
Transaksi BRIZZI Meningkat 15 Persen dari Tansaksi Bulan-bulan Biasanya, Efek Ramadan dan Lebaran
Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta Per Bulan Berkat Pinjaman Ultra Mikro BRI
Terus Cetak Pertumbuhan Positif, Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% Pada Kuartal I 2024
Harga minyak mulai turun setelah Novak mengatakan dia tidak berpikir kemungkinan pemotongan OPEC+ tambahan.
Dalam beberapa hari terakhir, produsen OPEC+ terkemuka telah memberikan serangkaian pesan yang bertentangan tentang langkah kebijakan minyak berikutnya, sehingga sulit untuk memprediksi hasil pertemuan berikutnya.
Sebelumnya, peringatan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada para spekulan di pasar minyak menyebabkan ekspektasi pengurangan produksi lagi.
Hanya seminggu sebelum komentar Pangeran Abdulaziz, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pengurangan produksi minyak diperlukan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu.
Baca Juga:
Harga Minyak Mentah Dunia Terdongkrak Serangan Iran ke Israel, Bagaimana dengan Harga BBM Domestik?
Kerugian di sesi ini dibatasi oleh optimisme bahwa Presiden AS Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy tampak di dekat kesepakatan untuk memangkas pengeluaran dan menaikkan plafon utang pemerintah sebesar US$ 31,4 triliun, dengan sedikit waktu luang untuk mencegah risiko gagal bayar.
Penurunan harga minyak juga dipicu oleh aksi ambil untung para investor mengalami kenaikan berturut-turut dalam tiga sesi sebelumnya.