MEDIA EMITEN – Harga minyak mentah naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) dengan Brent menyentuh level tertinggi sejak Januari. Stok bahan bakar AS turun dan pasokan global makin ketat karena pemotongan produksi Saudi dan Rusia.
Harga minyak mentah Brent naik 1,6% jadi US$ 87,55, mencapai level tertinggi sejak Januari. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 1,78% jadi US$ 84,4 per barel, mencapai level tertinggi sejak November 2022.
Stok bensin AS turun 2,7 juta barel pada pekan lalu, sementara persediaan minyak sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun 1,7 juta barel, data pemerintah menunjukkan. Raihan ini di bawah ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters.
Stok bahan bakar AS mengimbangi kekhawatiran permintaan setelah data Tiongkok Selasa (8/8/2023) menunjukkan impor minyak mentah Juli turun 18,8% dari bulan sebelumnya ke tingkat harian terendah sejak Januari.
Baca Juga:
BRI Dukung Digitalisasi Luncurkan QRIS TAP, Berikan Kecepatan dan Kemudahan dalam Genggaman
Mudahkan Perjalanan Mudik Antarpulau, BRI Hadirkan Fitur Baru Pemesanan Tiket Kapal Lewat BRImo!
Diberdayakan BRI, UMKM Papua Global Spices Berhasil Eksis di Pasar Internasional
Sektor konsumen Tionkgok juga jatuh ke dalam deflasi. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang menghidupkan kembali permintaan.
Adapun faktor yang mendukung harga adalah rencana eksportir Arab Saudi memperpanjang pemotongan produksi 1 juta barel per hari selama 1 bulan, hingga September. Rusia juga mengatakan akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada September.
“Pemulihan terutama didorong janji produsen utama, seperti Arab Saudi dan Rusia, untuk menjaga pasokan tetap tenang untuk 1 bulan lagi,” kata analis investasi di broker XM, Charalampos Pissouros.
Harga minyak mentah membukukan kenaikan mingguan keenam berturut-turut minggu lalu, karena pengurangan pasokan OPEC+ dan harapan stimulus yang mendorong pemulihan permintaan minyak di Tiongkok.
Kabinet Arab Saudi Selasa menegaskan kembali dukungannya pada anggota OPEC+, untuk menstabilkan pasar, lapor media pemerintah.
Pasar juga akan mengamati dengan cermat Indeks Harga Konsumen AS bulan Juli, yang akan dirilis Kamis waktu AS.