MEDIA EMITEN – Harga emas merosot tajam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menembus di bawah level psikologis US$ 1.900. Ini level terendah dalam 6,5 bulan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange turun US$ 28,90 atau 1,51% ditutup pada US$ 1.890,90 per ounce. Sebelumnya, harga sempat menyentuh tertinggi sesi di US$ 1.921,70. Harga terendah sebelumnya untuk emas Desember tercatat pada 13 Maret, yaitu sebesar US$ 1.875,70.
Penurunan harga emas di bawah angka US$ 1.900 juga memicu aksi jual teknis, seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama telah mendorong penguatan dolar, membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
Dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami reli yang hampir tak terbendung. Indeks dolar mencapai level tertinggi yang belum pernah dicapai sejak November 2022. Dolar yang lebih kuat umumnya membuat pemegang mata uang lain enggan membeli komoditas dalam denominasi dolar, termasuk emas.
Baca Juga:
Imbal hasil, yang mengacu pada obligasi pemerintah AS dengan jangka waktu 10 tahun, mencapai level tertinggi baru dalam 16 tahun pada Selasa (26/9/2023), mencapai puncak yang belum pernah terlihat sejak Juli 2007.
Semalam, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan barang tahan lama AS naik 0,2% dalam basis bulan ke bulan pada Agustus, setelah penyesuaian musiman, mencapai angka US$ 284,7 miliar.
Investor saat ini tengah menunggu rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, pada Jumat (29/9/2023).
Harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan. Harga perak untuk pengiriman Desember turun sebesar 47,20 sen atau 2,03%, ditutup pada US$ 22,724 per ounce. Sementara harga platinum untuk pengiriman Januari berkurang sebesar US$ 17,90 atau 1,96%, dan ditutup pada US$ 896,30 per ouce.