MEDIA EMITEN – Harga minyak mentah lanjutkan kenaikan pada penutupan hari Rabu (Kamis pagi WB) menyusul data pasokan minyak mentah AS lebih ketat dari perkiraan.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk bulan Oktober naik 37 sen dan ditutup pada US$ 85,86 per barel. Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 47 sen menjadi US$ 81,63.
Sehari sebelumnya, kedua indikator utama tersebut melonjak lebih dari satu dolar karena pelemahan dolar AS setelah data pekerjaan yang lemah mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Menurut data Administrasi Informasi Energi, persediaan minyak mentah AS turun sebanyak 10,6 juta barel dalam seminggu terakhir menjadi 422,9 juta barel. Analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penurunan sebesar 3,3 juta barel.
Baca Juga:
Elon Musk Tawar Perusahaan pada Harga 97,4 Miliar Dolar AS, Begini Respons CEO OpenAI Sam Altman
Investor juga memperhatikan Badai Idalia, yang dikategorikan sebagai badai Kategori 3 pada Rabu pagi di wilayah Florida.
Di tempat lain, analis memperkirakan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar di dunia, akan memperpanjang pemotongan produksi sukarela hingga Oktober, menjaga pasokan minyak tetap ketat.
Sementara itu, militer mengambil alih kekuasaan di Gabon pada hari Rabu, yang dapat memengaruhi pasokan minyak mentah negara tersebut dan membuat pasar semakin ketat. Data pelacakan kapal Kpler menunjukkan bahwa Gabon mengekspor rata-rata 160.000 barel per hari ke Asia dari Mei hingga Juli.
Namun, kenaikan harga minyak tertekan oleh kekhawatiran tentang situasi ekonomi yang bercampur aduk di Tiongkok, negara importir minyak terbesar di dunia.
Baca Juga:
Tingkatkan Daya Saing Bersama BRI, Balee Scents Siap Melangkah ke Pasar Dunia
Berkat Dukungan Pemberdayaan BRI, Usaha Sepatu Lokal Asal Malang Sukses Go Global Ekspor ke 8 Negara