MEDIA EMITEN – Harga emas berjangka jatuh ke level terendahnya dalam lebih dari sebulan pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memperpanjang penurunan untuk hari keenam berturut-turut. Harga emas turun karena penguatan dolar AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman pada bulan Desember di Divisi Comex New York Exchange turun US$ 2,6 atau 0,13% menjadi ditutup pada US$ 1.944,00 per ounce setelah menyentuh tertinggi sesi di US$ 1.948,20 dan terendah di US$ 1.934,20 per ounce.
Penguatan terbaru dolar AS terhadap mata uang utama lainnya membebani harga emas pada hari Senin (14/8). Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,3% pada 103,19, merupakan level tertinggi sejak 6 Juli, menurut data FactSet.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Ini 7 Peran BRI Bawa Ekonomi Indonesia Lebih Kuat! Maknai Hari Kebangkitan Nasional
BRI Dukung Purwokerto Half Marathon 2025: Dorong Sport Tourism dan Pemberdayaan UMKM Lokal
PROPAMI Care Tegaskan Nilai Kepedulian Melalui Aksi Sosial di Bekasi

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Emas terus menurun sejak pertengahan Juli dan tren bearish itu sepertinya belum berakhir karena raja dolar kembali,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip oleh MarketWatch.
Moya dalam komentar email pada hari Senin (14/8) mengatakan bahwa pedagang emas mungkin memperkirakan untuk melihat beberapa aliran safe-haven datang ke arah emas. Akan tetapi, itu tidak terjadi karena pelemahan yuan memicu penguatan dolar terlalu banyak.
Yuan Tiongkok jatuh ke level terlemah sejak November pada hari Senin (14/8) di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang sektor properti yang sarat utang. Yuan diperdagangkan pada 7,28 per dolar, melayang di level terlemah sejak awal November, menurut Dow Jones Market Data.
Baca Juga:
Portofolio Sustainable Finance BRI Tembus hingga Rp796 Triliun, Terbesar di Indonesia
Sukses Kembangkan Pariwisata Alam dan Agrikultur, Intip Cerita Desa BRILiaN di Lereng Gunung Merapi
RUPST BSI Tunjuk Anggoro Eko Cahyo Sebagai Dirut Baru dan Bagikan Dividen Lebih dari Rp1 Triliun
Kemungkinan kenaikan suku bunga lain dari Federal Reserve pada bulan September juga terus membebani harga emas ketika investor menunggu rilis risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada hari Rabu (16/8).
Menurut analis pasar, dolar AS yang kuat dan prospek kenaikan suku bunga lagi pada bulan September mengirim harga emas mendekati US$ 1.900.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan September merosot 3,50 sen atau 0,15% menjadi ditutup pada US$ 22,708 per ounce. Platinum untuk pengiriman pada bulan Oktober turun US$ 7,80 atau 0,85% menjadi US$ 906,80 per ounce.