MEDIA EMITEN – Harga emas berjangka kembali merosot pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memperpanjang penurunan untuk hari ketiga berturut-turut dan menetap di level terendah dalam seminggu. Emas tertekan dolar AS yang lebih kuat menjelang keputusan kebijakan Fed minggu ini.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange turun US$ 4,40 atau 0,2% menjadi US$ 1.962,2 per ounce, penyelesaian kontrak paling aktif terendah sejak 17 Juli, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$ 1.969,80 per ounce.
Dolar AS menguat menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat. Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan biaya pinjaman sebesar 25 basis poin yang mungkin menjadi terakhir dari siklus kenaikan suku bunga.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya naik 0,247% menjadi 101,330, sementara pasar berjangka memperkirakan suku bunga Fed akan naik menjadi 5,43% pada November dan tetap di atas 5% hingga Juni 2024.
Baca Juga:
Ini 5 Komitmen Nyata BRI Dorong Peningkatan Kualitas Dan Daya Saing UMKM
Sebut Menuju Swasembada Energi, Presiden Prabowo Subianto Resmikan 37 Proyek Listrik di 18 Provinsi
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu Ungkap Alasan BTN Akuisisi Bank Victoria
Pasar secara luas terfokus pada keputusan Fed atas suku bunga, pada akhir pertemuan dua hari pada Rabu 26 Juli 2023.
Tetapi investor juga bertaruh bahwa bank sentral akan mengumumkan jeda yang diperpanjang dalam kenaikan suku bunga di masa depan, mengingat bahwa Fed mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga selama hampir 16 bulan.
Skenario seperti itu menjadi pertanda baik untuk emas, mengingat kenaikan suku bunga mendorong peluang kerugian investasi dalam emas. Tetapi apakah logam kuning akan dapat merebut kembali rekor tertinggi masih belum pasti, mengingat suku bunga AS juga diperkirakan akan tetap lebih tinggi lebih lama.
Ketidakpastian apakah Fed akan menghentikan siklus kenaikan suku bunganya juga tetap ada, mengingat inflasi AS masih cenderung di atas target tahunan bank sentral sebesar 2%.
Baca Juga:
Indonesia Negara Kaya, Prabowo Subianto Ungkap Indonesia Mampu Bangkit dengan Disiplin dan Efisien
Produktivitasnya Meningkat Berkat Pemberdayaan Klaster Usaha dari BRI, Ini Kisah Petani di Merauke
Pengguna Inovasi Digital Super Apps BRImo Tembus 38,61 Juta, Terbesar di Indonesia