Mediaemiten.com, Palangka Raya – Bank Indonesia perwakilan Kalimantan Tengah memperkirakan, tekanan inflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir di provinsi ini, akan mulai mereda pada bulan September 2018.
Perkiraan tersebut karena beberapa daerah di provinsi lain selama Agustus 2018 sudah mengalami deflasi sekaligus adanya tanda harga-harga mulai normal, kata Kepala BI Perwakilan Kalteng Wuryanto, saat konferensi pers Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) Kalteng, di Palangka Raya, Selasa (4/9/2018).
“Jadi kami memperkirakan pada September 2018, provinsi Kalteng akan mengalami deflasi antara 0,01 hingga 0,039 persen. Perkiraan ini menunjukkan akan ada penurunan harga-harga selama September 2018,” tambahnya.
Meski memperkirakan deflasi, BI perwakilan Kalteng tetap mengingatkan bahwa suplay atau penyaluran sejumlah komoditas dari daerah lain tetap ada, dan tidak ada kegiatan besar yang dilaksanakan secara mendadak.
Baca Juga:
Romadhon Jasn Menjadi Direktur Sapulangit Public Relations, Ditunjuk Sapulangit Media Circle (SMC)
Mengenai terjadinya inflasi sebesar 0,02 persen pada Agustus 2018, pria yang juga perwakilan TPID Kalteng itu menyebut, lebih dipengaruhi kelompok administered prices dan core, yaitu komoditas angkutan udara, mobil, rokok kretek filter.
“Administered prices dan core itu kan berkaitan langsung dengan kebijakan pusat. Kalau volatile foods yang berkaitan langsung dengan TPID kan cenderung terkendali, bahkan beberapa komoditasnya, yakni daging ayam ras, bawang merah dan telur ayam ras justru menyumbang deflasi pada Agustus 2018,” kata Wuryanto.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, selama Agustus 2018 Kota Palangka Raya mengalami deflasi 0,13 persen, dan Sampit inflasi 0,27 persen. Dari gabungan dua kota acuan tersebut, Provinsi Kalteng mengalami 0,02 persen selama Agustus 2018, diikuti laju inflasi tahun kalender 3,13 persen, dan tahun ke tahun 3,47 persen.
Kepala BPS Kalteng Hanif Yahya menyebut, selama tiga bulan terakhir tingkat harga di pasar eceran Palangka Raya cenderung turun melandai, sedangkan di Sampit masih fluktuatif.
Baca Juga:
BRI Berdayakan Wanita Indonesia Melalui Program BRInita, Maknai Hari Kartini
Pemegang Saham BBRI Panen Dividen Final Senilai Rp31,4 Triliun pada Hari Rabu Ini 23 Mei 2025
Manfaatkan Pendanaan Usaha dari BRI, ‘Waroeng Tani’ Malang Tetap Berjaya Hingga Lintas Generasi
Puncak inflasi yang terjadi selama Juni 2018 di Palangka Raya 1,14 persen, menurun secara konsisten hingga Agustus 2018. Puncak inflasi di bulan yang sama di Sampit 1,82 persen, menurun di bulan berikutnya namun menguat kembali di Agustus 2018.
“Merosotnya indeks harga sebagian besar komoditas/jasa kebutuhan rumah tangga selama Juli-Agustus 2018 di kedua kota, lebih dipengaruhi oleh kembalinya harga ke kondisi normal pasca lonjakan inflasi musiman selama hari raya Idul Fitri,” demikian Hanif. (jay)